Kopi, Suami, dan Perubahan...

Kopi hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupannya.

Bangun tidur, gosok gigi, yang diminta duluan kopi, kadang-kadang saya memaksanya untuk sarapan terlebih dahulu, atau makan roti atau cemilan yang mengenyangkan sebelum dia minum kopi.

Kopinya bukan kopi yang biasa dijual di warung warung (misalnya K***L A*I, atau Nes****, bukan kopi sejenis itu) tapi kopi daerah yang pekat, dan kental.

Pertama saya jadi istrinya, kaget dengan kebiasaan dia minum kopi item begitu. Tapi lama lama jadi biasa. Karena Suami suka minum kopi item, saya pun jadi belajar untuk membuat kopi untuk suami tercinta.

Membuat kopi, bukan hanya, mencampur kopi dan gula, terus dituangin air panas, bukan itu saja, tapi ada tehnik tehniknya.

FYI, di Pematangsiantar, banyak sekali kedai kopi (sebuah warung yang menyediakan kopi, teh manis dan kadang kadang tuak) untuk bapak bapak nongkrong, ngobrol dan menghabiskan waktu sambil main catur, baca koran, atau sekedar ngobrol ama teman-temannya.

Hal itu juga pernah membuat saya resah, sepertinya di Siantar ini bapak-bapaknya kebanyakan suka banget nongkrong di kedai kopi, sementara istrinya banting tulang berjualan di pasar, atau bekerja. Kesannya para lelaki ini kok santai santai saja, lagipula, dalam pikiran saya, begitu lamanya laki-laki itu menghabiskan secangkir kopi di kedai kopi, ngobrol ngalor ngidul yang nanti ujung-ujungnya malah ngobrol yang enggak enggak, lah kok mesti gitu??
Kenapa enggak dia pulang saja, minta dibikinkan sama istrinya secangkir kopi, lalu duduk menemani istrinya di rumah sambil ngobrol tentang anak-anak, daripada nongkrong nongkrong gak jelas.

Iya, saya tau, bergaul itu perlu, tapi ini rata-rata bapak bapak itu menghabiskan waktu sampai 4 jam nongkrong di kedai kopi, bahkan ada yang bisa nongkrong dari sore sampai jam 1 malam.

Ya ampppuuuunn....

Dalam hati deg-degan juga, jangan jangan suami saya juga nanti kayak gitu. Tapi sodara-sodara, untungnya tidak. Suami saya, orangnya pendiam, jarang ngobrol, dan ternyata tidak suka juga nongkrong di kedai kopi (sementara dua adik laki-lakinya ternyata suka banget nongkrong di kedai kopi!).

Saya pertama membuat kopi untuk suami dengan teknik yang umum, campur kopi dan gula, lalu seduh dengan air panas. Memang beda dengan kopi instan yang biasanya takarannnya udah pas antara gula dan kopi, tinggal sobek kemasan, tuang ke cangkir, seduh dengan air panas, beereess.
Tapi tidak dengan kopi suami saya.
Pertama tama, kopi dia, seperti orang Siantar pada umumnya adalah ini :
                                                        gambar diambil dari sini
Saya masih bikin ngasal nih, tuang dua sendok gula, satu sendok kopi, seduh dengan air panas, antar ke suami. Beres. Kopi dihabiskan selama beberapa jam, sampe dingin juga ia tak perduli, begitu lah suamiku. Setelah pagi minum kopi, habis siang, malam minta kopi lagi, jadi dua gelas sehari.

Suatu kali, dia dihadiahi bubuk kopi, oleh seseorang, customer dia. Kebetulan seseorang itu, selain punya warnet juga punya kedai kopi. Selain ia membayar sejumlah uang untuk jasa suamiku menginstal ulang warnetnya, ia juga menghadiahi suamiku dengan sebungkus (kira kira setengah kilo) kopi bubuk. Dengan serta merta akhirnya diganti lah kopi Kok Tong itu dengan kopi pemberian seseorang itu, sampe sekarang, seseorang itu terus mengantar kopi sebulan sekali, khusus untuk suami saya, meskipun warnetnya engga ada masalah apa apa.

Kopi itu enggak ada mereknya. Dan rasanya lebih kuat daripada Kok Tong. Belakangan dia juga sering dapet hadiah bubuk kopi dari beberapa anak akbid yang kebetulan tau dia suka ngopi, salah satunya adalah kopi Sidikalang (waduh kopi ini harummmmnyaaaaaaa.... dan bubuk kopinya halus banget, nyaris tidak usah disaring, tapi memang suami tidak suka kopi yang disaring).
                                                     gambar diambil dari sini

Saya pun belajar membuat kopi dengan baik dan benar. Berdasarkan trial dan error, dan nilainya adalah gumaman dari suami. Suami tidak pernah bilang kopi bikinan saya tidak enak, tapi dia juga tidak pernah bilang bikinan kopi saya enak.

Karena dua kali sehari saya membuat kopi, saya mulailah bereksperimen. Membutuhkan waktu berhari hari sampe suatu hari saya mendengar pujian dari suami saya : kopi bikinan saya enaaak!!

Walah.... saya langsung geyal geyol kesenangan.

Saya akhirnya menemukan takaran yang pas!!
Dua setengah sendok makan gula, satu seperempat sendok kopi. Susunannya di gelas juga harus begitu, gula duluan, baru kopi.
Bukan itu saja, cara menuangkan air panasnya juga beda, harus pakai air yang bener bener mendidih, supaya kopi matang, setelah itu tuang 1/4 gelas, aduk aduk sampai kopi rata dengan gula, kira kira satu menit, setelah itu, baru penuhkan gelas, aduk lagi.

Sudah terbukti. Lalu dia promosiin ama temen-temennya, tukang urut langganan yang suka ngopi, temen temen mertua saya yang suka ngopi, temen-temennya yang suka ngopi, bahkan anak anak coass yang suka dateng ngeprint tugas, kalo pas mereka mampir ke rental dan saya tawarin minuman, suami pasti bilang kalo saya pinter bikin kopi. Alhasil, kalo di rumah mertua dan kebetulan ada tamu yang suka ngopi, pasti mereka jadi nyodorin saya bikin kopi. Dan beberapa memang mengakui kalo kopi saya enak, dan enggak kalah dengan rasa kopi di kedai kopi...

GR sayaaaaaa...

Hehehhe sebenarnya di balik semua itu, saya hanya ingin menyenangkan hati suami. Sekarang, kalo saya enggak di rental (tidur di rumah mertua) pasti suami akan mengeluh, udah seharian nih enggak ngopi. (senanngnyaaa merasa dibutuhkaaaaan. Heheheh)

Saya pernah nyuruuh dia bikin kopi sendiri, dengan cara-cara yang biasa saya pake, tapi tetep aja katanya enggak enak kopinya, lebih enak buatan saya... woh yah jelas tho, saya membuatnya kan pake pelet cinta. Iya kaaannn?????

Kalo melihat saya sekarang ini, kadang-kadang suka senyum senyum sendiri. Saya yang sekarang ini sangat berbeda jauh dengan saya delaapan tahun yang lalu.

Saya delapan tahun yang lalu, tidak bisa memasak, tidak bisa bedain ketumbar dengan merica, enggak tau apa itu kemiri, (dan pernah bercita cita kalo saya kawin nanti, saya mau makan di restoran saja tiap hari karena merasa tidak suka memasak) tapi lihat sekarang, meskipun enggak jago jago banget memasak, tapi saya selalu memasak untuk suami, anak tercinta, jarang makan diluar (karena suami lebih suka masakan saya), dan berhasil menghemat puluhan ribu tiap bulannya karena memasak sendiri di rumah.

Saya delapan tahun yang lalu, yang selalu keras kepala, tidak mau kalah, selalu ingin pendapatnya yang paling di dengar, sekarang sudah mulai berkurang keras kepala, anehnya, dia mengubah saya tanpa melakukan apa-apa. Dia tidak pernah memprotes kekeraskepalaan, atau menyuruh saya merubah sifat jelek saya itu. Tapi perlahan lahan dengan semua duri dan bunga yang terjadi dalam perjalanan perkawinan kami, saya kok merasa ya sendiri, saya harus merubah keras kepala saya ini, kebanyakan rugi nya daripada untungnya, misalnya nih jaman baru kawin dulu, kalo lagi marah sama suami saya, saya bisa diemin dia seminggu lho. Tanpa dia tau apa penyebabnya (karena saya aksi bisu), dan bingung dia juga. Jadi dia juga ikut diem deh. Tapi sebenernya saya tersiksa banget kalo lagi musuh musuhan gitu ama suami, tapi gengsi juga mau ngomong duluan. Lama-lama, saya jadi ngerti, saya memang harus berubah. Lagipula, kalo saya diem, kan jadi enggak ada komunikasi tuh, jadi tambah ruwet. Sekarang kalo saya lagi marah, saya ngomong ama dia, abis itu kita bahas deh, setelah itu clear. Lebih baik begitu ternyata.

Saya, delapan tahun yang lalu, tidak suka minum kopi, apalagi membuatnya, tapi sekarang, saya bisa membuat kopi enak untuk suami tercinta.

Saya, delapan tahun yang lalu, yang paling tidak bisa sabar menghadapi anak kecil, sekarang lihat saya, sudah mulai bisa bersabar menghadapi Ara yang jago nego dan pinter ngeless.

Ya saya berubah, saya berubah menjadi lebih baik karena cinta. Cinta saya pada suami, anak dan keluarga saya.

Apa anda juga mau berubah untuk menjadi lebih baik???

artikel ini diikutsertakan kontes make that change Pendar Bintang 

http://pendarbintang.wordpress.com/

Komentar

  1. Mbak, thank you ya udah turut serta...

    Perubahan emang bisa disebabkan oleh sesuatu, seseorang yang kita sayang ya...Perubahan yang sangat manis Mbak...

    Semoga perubahan itu nanti juga terjadi sama saya.

    Mbak susah commentnya, pake wordpress gak masuk...

    salam kenal kembali Mbak, awal perkenalan yang indah diawali dengan jadi kontestan.

    BalasHapus
  2. wah dari kopi turun ke hati hehehehe
    salam kenal balik ya..saya suka pengalaman ini.
    juga saya suka akhirnya punya temen blog dari sumatera sebelah utara..betul ga ya??

    BalasHapus
  3. mba aku catet resep bikin kopinya hehehe siapa tau suatu saat berguna untuk aku hehehe
    mba dulu gak bisa masak ya? sekarang jadi bisa wah kalo gtu aku gak perlu kwatir deh gak bisa masak hehehe sama loh mba aku jg gak bisa bedain bumbu masak :P

    BalasHapus
  4. gak cuma di pematang siantar sepertinya mbak Lya, diGresik sama di Malang juga (jatim). ternyata budaya ngopi itu ada dimana mana ya..

    mau resepnya bikin kopiii,. buat persiapan.hehe..

    sukses juga buat kontesnya mbak. salam kenal dari Gresik :)

    BalasHapus
  5. Dear.

    Hikksss... sebetulnya gw agak ngerasa "tertipu" dengan judulnya diatas.... ooohhh ternyata lain dari yang saya fikirrr.....


    regards,
    ... Ayah Zahia ...

    BalasHapus
  6. @Pendar Bintang ; hehehhehe, baru kenal langsung ikutan giveaway, terimakasih ya atas pengertiannya... ;)

    @Ketty, mbak dimana nih? sumatra utara jugakahhh??? ah senangnyaaa... heheheh

    @Ria, boro boro bisa masak ria, turun ke dapur aja jarang, tapi itulah, naluri memasak itu akhirnya muncul juga, mudah mudahan Ria juga gitu deh yaaa... amiiinn

    @mbak Armae : salam kenal juga dari siantar ya mbak... hehehhe

    @ayah Zahia : aduuuh, kurang kena ya judulnya?? hehehhehe... terimakasih ya sudah disempatkan membaca....

    BalasHapus
  7. @Mbak Ketty maaf, heheh, maksud mbak akhirnya punya temen blog dari sumatra utara yaaa?? hehhe maklum mbak udah malem, heheheh, iya mbak saya sekarang tinggal di sumatra utara, tapi saya asli Tegal mbak.. heheheh

    BalasHapus
  8. Semoga sukses dalam kontesnya dan salam kenal dalam kunjungan pertama ya Mba.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    BalasHapus
  9. @R.Indra, terimakasih ya, salam kenal juga

    BalasHapus
  10. Suamiku dl (msh perjaka) jg suka ngopi di warkop ama bolo2nya.

    Tipsnya bs dicoba nich buat keluarga yg pagi sore hrs ada kopi hehe

    BalasHapus
  11. @Mbak tarry, iya mbak, daripada nongkrong gak jelas di warkop, bagusan kita yang belajar bikin kopi enak, biar suami nemenin kita aja di rumah hehehehhee

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 things about me!!

Cerita waktu listrik mati....

Dear Pahlawanku : Nenekku Sayang...